BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Otitis media
adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah
diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik,
yaitu :
-
Otitis Media Akut
-
Otitis Media Kronik
Otitis media
akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi.
Otitis media
serosa atau efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai
akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi
tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang
telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat
pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue
ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari
terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering
terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg :
penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau
alergi saluran napas atas yang terjadi.
Otitis media
kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan
irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut
yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane
timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan
membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu
melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan
infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana
pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi
jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang
tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi
kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane
timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk
kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus.
Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak
ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus
fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensori neural dan atau
gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.
B.
Tujuan
Penulisan
a.
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan
gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien Otitis
Media Kronik.
b. Tujuan Khusus
Diharapkan
mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
·
Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada
klien dengan Otitis Media Kronik
·
Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Otitis Media Kronik
·
Mampu membuat rencana keperawatan pada klien Otitis
Media Kronik
·
Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat
dalam asuhan keperawatan pada klien dengan Otitis Media Kronik.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Definisi
Radang telinga tengah (otitis media) adalah peradangan telinga bagian tengah, peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid dan sel mastoid yang biasanya
disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis). Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif. (Brunner and
Suddart : 2000).
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK)
adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan
sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret
mungkin encer atau kental, bening atau bernanah. ( Arif Masnjoer, 2001 )
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas
untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek.
(Sjamsuhidayat, 1997)
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan
struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis Media Kronis ( OMK ) adalah
radang atau infeksi telinga tengah yang berlangsung dua bulan atau lebih, dapat
berlangsung secara terus – menerus atau kumat – kumatan.
B.
Klasifikasi
1.
Tipe Tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe
mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan
keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa
saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran
nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan
daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan
derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret
mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga
tengah.
OMK tipe benigna berdasarkan
aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis, yaitu :
a.
OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari
kavum timpani secara aktif.
b.
OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat
basah atau kering.
2.
Tipe Atikoantral (tipe maligna/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi
tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar
komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.
Kolesteatom
adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi
terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak
teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori
invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus
dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan
pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit
matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu
berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ
disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh
pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses
otak.
(Arif Masnjoer, 2001)
C.
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu
dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa.
Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi
tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada
anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.
Faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis
antara lain :
1.
Gangguan
fungsi tuba eustacius yang kronis akibat infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang, obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total.
2.
Perforasi membran
timpani yang menetap.
3.
Terjadinya
metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah.
4.
Obstruksi
menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat
disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau
timpano-sklerosis.
5.
Terdapat
daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
6.
Faktor-faktor
konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
(Arif
Masnjoer, 2001 )
D.
Manifestasi
Gejala
berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1.
OMK tipe benigna :
Gejalanya berupa discharge mukoid
yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali ditemukan bau busuk
mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya
cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif
selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya
kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut
pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral
sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian
tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga
membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane
mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat
tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan
membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat. Discharge
terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid
dan setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang.
2.
OMK tipe maligna dengan kolesteatoma :
Sekret pada infeksi dengan
kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu,
kotor purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil, berwarna putih
mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif
timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat
penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif
dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada
tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
E.
Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena
proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan
jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
OMK terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat
menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut
berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi
kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran otitis media
atelektasis.
F. Pathway
Otitis Media
OM Supuratif OM
Non Supuratif
OMA OM
Serosa Akut
OMK OM
Serosa Kronik
Benigna Maligna
Degeneratif Metaplastik
- Terdapat
perforasi pada marginal -
Terlihat kolesteatom pada telinga
atau atik telinga tengah
(di epitimpanum)
- Granulasi
diliang telinga luar yang -
Sekret berbentuk nanah berbau khas
berasal dari dalam telinga tengah
- Polip /
kolesteatom otore
/ pus pd MAE (kental/busuk)
Gangguan
berkomunikasi
|
pendengaran
menurun
Perubahan
persepsi sensori pendengaran
|
G. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna
:
a. Konservatif
b.
Operatif
Konservatif :
1)
Pembersihan
secret di liang telinga (toilet local, “drainage”) merupakan hal yang penting
untuk pengobatan ottitis media kronik.
Ada beberapa
cara untuk membersihkan secret :
a)
Dengan
menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan sesering-seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada penderita atau orang tua
penderita.
b)
“Displacement
methode” dapat dengan menggunakan larutan hydrogen peroksida (H2O2) 3%, karena
adanya gas O2 yang ditimbulkan
c)
Bila mungkin
secret dihisap secara hati-hati dengan menggunakan jarum kecil plastik,
misalnya jarum BWG no. 16 dan 18 yang ujungnya diberi kateter nelaton yang
kecil atau karet pentil.
2)
Pengobatan
Lokal
Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik tetes telinga
tidak ada gunanya bila
masih ada otore yang produktif. Oleh karena itu pemberian antibiotik local
dianjurkan setelah dilakukan toilet local. Harus diterangkan terlebih dahulu
cara pemakaian H2O2 3% ke dalam telinga yang sakit kemudian bersihkan dengan
kapas lidi baru, setelah itu masukkan antibiotik tetes telinga dengan cara
kepala dimiringkan dan tragus ditekan tekan supaya obat tetes masuk ke dalam
3)
Antibiotika
yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada eksaserbasi akut
yang didahului oleh infeksi hidung atau faring
Operatif
:
Tindakan
operatif dilakukan bila terdapat fokal infeksi yang mungkin dijumpai seperti
tonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.
Jenis-jenis Tindakan Operatif :
1)
Miringoplasty
atau Timpanopalsty
Operasi ini dianjurkan apabila
-
Infeksi
sudah tenang
-
Tidak ada
komplikasi
-
Sekret tidak
produktif lagi dalam waktu lama (1-3 bulan)
-
Tidak
terdapat tuli saraf yang berat
Miringoplasty adalah operasi
semata-mata melakukan rekonstruksi membaran timpani yang telah dirusak
Timpanoplasty adalah operasi
eksplorasi pada seluruh bagian telinga tengah, yaitu membran timpani,
tulang-tulang pendengaran kavum mastoideum, tuba eustachii, dan kedua jendela
labirin. Semua jaringan yang sakit dibuang, ditetapkan kembali fungsi yang
terganggu dan dilakukan rekonstruksi pada bagian-bagian yang rusak.
2)
Mastoidektomi
2.
OMK Maligna :
Umumnya
dilakukan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal. Bila ada komplikasi abses
retroaurikuler dan penderita jauh dari rumah sakit, maka harus dilakukan insisi
sementara untuk drainage.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Audiometrik
untuk mengetahui tuli konduktif
Pada
pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung
besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
2.
Foto
rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3.
Otoskop
untuk melihat perforasi membran timpani
4.
Pemeriksaan Radiologi
a.
Proyeksi
Schuller : memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto
ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan
tegmen.
b.
Proyeksi
Mayer atau Owen : Diambil dari
arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang- tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah
mengenai struktur-struktur.
c.
Proyeksi
Stenver : memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis
semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang
sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
d.
Proyeksi
Chause III : memberi gambaran atik secara
longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
2.
Riwayat
Penyakit sekarang
3.
Keluhan utama :
biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4.
Riwayat
penyakit dahulu :
-
Pasien pernah
menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
-
Pernah
mempunyai riwayat penyakit THT
-
Pernah menderita sakit gigi geraham
5.
Riwayat
keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6.
Riwayat
spikososial
a.
Intrapersonal :
perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)
b.
Interpersonal :
hubungan dengan orang lain.
7.
Pola fungsi
kesehatan
a.
Pola persepsi dan
tata laksana hidup sehat
-
Untuk
mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b.
Pola nutrisi
dan metabolisme :
-
Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c.
Pola istirahat
dan tidur
-
Selama inditasi
klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d.
Pola Persepsi
dan konsep diri
-
Klien sering
pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
e.
Pola sensorik
- Daya penciuman
klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen ,
serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan Fisik
a. Status kesehatan
umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi
(mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
1)
Observasi nafas :
a.
Riwayat
bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b.
Riwayat
pembedahan hidung atau trauma
c.
Penggunaan obat
tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya, lamanya.
2)
Sekret hidung :
a.
Warna, jumlah,
konsistensi secret
b.
Epistaksis
c.
Ada tidaknya
krusta atau nyeri hidung.
3)
Riwayat
Sinusitis :
a.
Nyeri kepala,
lokasi dan beratnya
b.
Hubungan
sinusitis dengan musim atau cuaca.
4)
Gangguan umum
lainnya :
a.
Kelemahan
Data Obyektif
1)
Demam, drainage
ada : Serous, Mukppurulen, Purulen
2)
Polip mungkin
timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan Pucat, Odema keluar
dari hidung atau sinus yang
mengalami radang mukosa
3)
Kemerahan dan
Odema membran mukosa
4)
Pemeriksaan
penunjung :
a.
Kultur
organisme hidung dan tenggorokan.
b.
Pemeriksaan
rongent sinus
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek
kehilangan pendengaran
2.
Perubahan persepsi sensoris
berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di
syaraf pendengaran
C.
Intervention
Dx. 1
gangguan berkomunikasi b/d efek kehilangan pendengaran.
Tujuan : Gangguan komunikasi
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
-
Klien akan memakai
alat bantu dengar (jika sesuai).
-
Menerima pesan
melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara
dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi :
1.
Dapatkan metode komunikasi apa yang diinginkan dan
catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti
:
- Tulisan
- Berbicara
- Bahasa
isyarat
2. Kaji kemampuan untuk menerima
pesan secara verbal.
3. Jika ia dapat mendegar pada satu
telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang
baik (hal ini lebih baik dari pada berbicara dengan keras).
4. Tempatkan klien dengan telinga
yang baik berhadapan dengan pintu.
5. Dekati klien dari sisi telinga
yang baik.
6. Jika klien dapat membaca ucapan
:
- Lihat langsung pada klien dan bicaralah
lambat dan jelas.
- Hindari berdiri di depan cahaya
karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda
- Perkecil distraksi yang dapat menghambat
konsentrasi klien.
- Minimalkan percakapan jika
klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
- Tegaskan komunikasi penting dengan
menuliskannya.
7. Jika ia hanya mampu bahasa
isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak
kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara
kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah
8. Gunakan faktor-faktor yang
meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
- Bicara dengan jelas, menghadap individu.
- Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi
pembicaraan.
- Gunakan rabaan dan isyarat untuk
meningkatkan komunikasi.
9. Validasi pemahaman individu
dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
1.
Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan
oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan
dan keterbatasan klien.
2.
Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien
dapat diterima dengan baik oleh klien.
3.
Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat
dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat
secara tepat.
Dx. 2 perubahan persepsi atau sensoris berhubungan dengan obstruksi,
infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
Tujuan : Persepsi atau sensoris baik
Kriteria hasil :
-
Klien akan mengalami peningkatan persepsi sensoris
pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi :
1.
Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat
pendengaran secara tepat.
2.
Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik
yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh
3.
Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang
lanjut
4.
Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis
antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
Rasional :
1.
Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe
gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2.
Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka
pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus
dilindungi.
3.
Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau
terhadap masalah-masalah pendengaran rusak secara permanen.
4.
Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan
struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis Media Kronis ( OMK ) adalah radang
atau infeksi telinga tengah yang berlangsung dua bulan atau lebih, dapat
berlangsung secara terus – menerus atau kumat – kumatan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis
adalah gangguan fungsi tuba eustacius
yang kronis akibat infeksi
hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang, perforasi membran timpani yang menetap, terjadinya metaplasia skuamosa, obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid, terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid, dan faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
Maifestasi
dari Otitis Media Kronik tergantung dari tipenya, yaitu benigna dan maligna.
Terapi dari OMK juga berdasar dari tipe yang dialami klien. Dari perjalanan
penyakit OMK muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien,
antara lain : gangguan berkomunikasi, dan perubahan persepsi sensori
pendengaran.
B.
Saran
Kita perlu mengenali gejala-gejala penyakit ini secara dini untuk
pengobatan yang lebih baik dan biasakan hidup bersih.
No comments:
Post a Comment