Tuesday, 7 January 2014

Asuhan Keperawatan Otitis Media Kronis

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :
-          Otitis Media Akut
-          Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)
-          Otitis Media Kronik
Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi.
Otitis media serosa atau efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan “glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.
Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid. Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis ( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

B.     Tujuan Penulisan
a.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Kronik.

b.      Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan meliputi :
·         Mampu memberikan gambaran tentang pengkajian pada klien dengan Otitis Media Kronik
·         Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Otitis Media Kronik
·         Mampu membuat rencana keperawatan pada klien Otitis Media Kronik
·         Mampu menyebutkan faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan keperawatan pada klien dengan Otitis Media Kronik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA           

A.    Definisi
Radang telinga tengah (otitis media) adalah peradangan telinga bagian tengah, peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis). Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif. (Brunner and Suddart : 2000).

Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah. ( Arif Masnjoer, 2001 )
Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek.
(Sjamsuhidayat, 1997)
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis Media Kronis ( OMK ) adalah radang atau infeksi telinga tengah yang berlangsung dua bulan atau lebih, dapat berlangsung secara terus – menerus atau kumat – kumatan.

B.     Klasifikasi
1.      Tipe Tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah, campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa telinga tengah.
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2 jenis, yaitu :
a.       OMK aktif ialah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani     secara aktif.
b.      OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering.

2.      Tipe Atikoantral (tipe maligna/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya dan fatal timbul pada OMK tipe ini.
Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi, teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman (infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.
(Arif Masnjoer, 2001)
C.    Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi  kronis antara lain :
1.      Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang, obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total.
2.      Perforasi membran timpani yang menetap.
3.      Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4.      Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
5.      Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.
6.      Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
                                                                                                            (Arif Masnjoer, 2001 )
                                                                 
D.    Manifestasi
Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronis:
1.      OMK tipe benigna :
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang.
2.      OMK tipe maligna dengan kolesteatoma :
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.

E.     Patofisiologi
            Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium dari pada keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
            OMK terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran otitis media atelektasis.

F.     Pathway

                                                Otitis Media

  OM Supuratif                                                                       OM Non Supuratif

            OMA                                                                           OM Serosa Akut

            OMK                                                                           OM Serosa Kronik

            Benigna                                                           Maligna

            Degeneratif                                                     Metaplastik

- Terdapat perforasi pada marginal                 - Terlihat kolesteatom pada telinga
  atau atik telinga                                               tengah (di epitimpanum)
- Granulasi diliang telinga luar yang               - Sekret berbentuk nanah berbau khas
  berasal dari dalam telinga tengah
- Polip / kolesteatom                                       otore / pus pd MAE (kental/busuk)

Gangguan berkomunikasi
pendengaran menurun

Perubahan persepsi sensori pendengaran
 
G.    Penatalaksanaan
1.      OMK Benigna :
a.       Konservatif
b.      Operatif
Konservatif :
1)      Pembersihan secret di liang telinga (toilet local, “drainage”) merupakan hal yang penting untuk pengobatan ottitis media kronik.
Ada beberapa cara untuk membersihkan secret :
a)      Dengan menggunakan kapas lidi. Tindakan ini dianjurkan sesering-seringnya dila ada otore. Dapat diajarkan kepada penderita atau orang tua penderita.
b)      “Displacement methode” dapat dengan menggunakan larutan hydrogen peroksida (H2O2) 3%, karena adanya gas O2 yang ditimbulkan
c)      Bila mungkin secret dihisap secara hati-hati dengan menggunakan jarum kecil plastik, misalnya jarum BWG no. 16 dan 18 yang ujungnya diberi kateter nelaton yang kecil atau karet pentil.
2)      Pengobatan Lokal
Diberikan antibiotik tetes telinga. Pemberian antibiotik tetes telinga tidak ada gunanya bila masih ada otore yang produktif. Oleh karena itu pemberian antibiotik local dianjurkan setelah dilakukan toilet local. Harus diterangkan terlebih dahulu cara pemakaian H2O2 3% ke dalam telinga yang sakit kemudian bersihkan dengan kapas lidi baru, setelah itu masukkan antibiotik tetes telinga dengan cara kepala dimiringkan dan tragus ditekan tekan supaya obat tetes masuk ke dalam
3)      Antibiotika yang adekuat oral atau parenteral. Ini diberikan apabila ada eksaserbasi akut yang didahului oleh infeksi hidung atau faring

Operatif :
Tindakan operatif dilakukan bila terdapat fokal infeksi yang mungkin dijumpai seperti tonsillitis kronik, sinusitis dan lain-lain.
Jenis-jenis Tindakan Operatif :
1)      Miringoplasty atau Timpanopalsty
      Operasi ini dianjurkan apabila
-          Infeksi sudah tenang
-          Tidak ada komplikasi
-          Sekret tidak produktif lagi dalam waktu lama (1-3 bulan)
-          Tidak terdapat tuli saraf yang berat
Miringoplasty adalah operasi semata-mata melakukan rekonstruksi membaran timpani yang telah dirusak
Timpanoplasty adalah operasi eksplorasi pada seluruh bagian telinga tengah, yaitu membran timpani, tulang-tulang pendengaran kavum mastoideum, tuba eustachii, dan kedua jendela labirin. Semua jaringan yang sakit dibuang, ditetapkan kembali fungsi yang terganggu dan dilakukan rekonstruksi pada bagian-bagian yang rusak.
2)      Mastoidektomi

2.      OMK Maligna :
Umumnya dilakukan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal. Bila ada komplikasi abses retroaurikuler dan penderita jauh dari rumah sakit, maka harus dilakukan insisi sementara untuk drainage.

H.    Pemeriksaan Diagnostik
1.      Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.
2.      Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid
3.      Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani
4.      Pemeriksaan Radiologi
a.       Proyeksi Schuller : memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
b.      Proyeksi Mayer atau Owen : Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
c.       Proyeksi Stenver : memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
d.      Proyeksi Chause III : memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Biodata : Nama, umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
2.      Riwayat Penyakit sekarang
3.      Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
4.      Riwayat penyakit dahulu :
-          Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
-          Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
-          Pernah menderita sakit gigi geraham
5.      Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6.      Riwayat spikososial
a.       Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas atau sedih)
b.      Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7.      Pola fungsi kesehatan
a.       Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
-          Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b.      Pola nutrisi dan metabolisme :
-          Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c.       Pola istirahat dan tidur
-          Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
d.      Pola Persepsi dan konsep diri
-          Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
e.       Pola sensorik
-      Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
8.    Pemeriksaan Fisik
a.  Status kesehatan umum : keadaan umum, tanda vital, kesadaran.
b.  Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
1)      Observasi nafas :
a.       Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b.      Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c.       Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya, lamanya.
2)      Sekret hidung :
a.       Warna, jumlah, konsistensi secret
b.      Epistaksis
c.       Ada tidaknya krusta atau nyeri hidung.
3)      Riwayat Sinusitis :
a.       Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b.      Hubungan sinusitis dengan musim atau cuaca.
4)      Gangguan umum lainnya :
a.       Kelemahan
Data Obyektif
1)      Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen
2)      Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan  Pucat, Odema keluar dari hidung atau sinus yang mengalami radang  mukosa
3)      Kemerahan dan Odema membran mukosa
4)      Pemeriksaan penunjung :
a.       Kultur organisme hidung dan tenggorokan.
b.      Pemeriksaan rongent sinus

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran
2.      Perubahan persepsi sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran


C.    Intervention
Dx. 1 gangguan berkomunikasi b/d efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :  Gangguan komunikasi berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
-          Klien akan memakai alat bantu dengar (jika sesuai).
-          Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
Intervensi :
1.         Dapatkan metode komunikasi apa yang diinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti :
-    Tulisan
-    Berbicara
-    Bahasa isyarat
2.    Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
3.    Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik dari pada berbicara dengan keras).
4.    Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
5.    Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
6.    Jika klien dapat membaca ucapan :
-    Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
-    Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda
-    Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
-    Minimalkan percakapan  jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
-    Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
7.    Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah


8.    Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
-    Bicara dengan jelas, menghadap individu.
-    Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
-    Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
9.    Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
1.      Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
2.      Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
3.      Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.


Dx. 2 perubahan persepsi atau sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran
Tujuan :   Persepsi atau sensoris baik
Kriteria hasil :
-          Klien akan mengalami peningkatan persepsi sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi :
1.      Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
2.      Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh
3.      Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut
4.      Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

Rasional :
1.      Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
2.      Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.      Diagnosa dini terhadap keadaan  telinga atau terhadap masalah-masalah  pendengaran rusak secara permanen.
4.      Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis Media Kronis ( OMK ) adalah radang atau infeksi telinga tengah yang berlangsung dua bulan atau lebih, dapat berlangsung secara terus – menerus atau kumat – kumatan.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi  kronis adalah gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan berulang, perforasi membran timpani yang menetap, terjadinya metaplasia skuamosa, obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid, terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid, dan faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan tubuh.      
Maifestasi dari Otitis Media Kronik tergantung dari tipenya, yaitu benigna dan maligna. Terapi dari OMK juga berdasar dari tipe yang dialami klien. Dari perjalanan penyakit OMK muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain : gangguan berkomunikasi, dan perubahan persepsi sensori pendengaran.

B.     Saran
Kita perlu mengenali gejala-gejala penyakit ini secara dini untuk pengobatan yang lebih baik dan biasakan hidup bersih.

No comments:

Post a Comment