Asuhan Keperawatan Jiwa
ISOLASI SOSIAL
Disusun guna :
Untuk Melengkapi Salah Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa I
Kelompok / Semester : DUA / V B
PSIK REGULER
Disusun oleh :
1. Astuti Ambarwati
2. Diah Eviana
3. Nur Khoirul Wahid
4. Nur Muhammad Zamroni
5. Uliz Zuhafa
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS
2012 / 2013
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya mampu
menyelesaikan tugas menyusun makalah ini, yang bertujuan untuk memenuhi syarat
mengikuti mata kuliah
Keperawatan Jiwa I. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang ada pada diri
penulis.
Kendatipun
begitu penulis telah berusaha sekuat tenaga untuk, mengolah data, menganalisa
data, yang akhirnya menyusun ke dalam bentuk yang sudah jadi ini. Dalam
penulisan makalah ini, penulis mengalami sedikit hambatan yakni kurangnya buku
referensi yang mendukung. Namun atas pertolongan Allah SWT serta dorongan dan
dukungan sahabat-sahabat, hambatan tersebut tidak begitu berarti bagi penulis.
Penulis tidak bekerja sendirian di dalam penyusunan
makalah ini, karena tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak maka mustahil
makalah ini dapat penulis selesaikan. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis
menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Ns.Ilham
Setyobudi,S.Kep.,M.Kes., selaku Ketua Stikes Cendekia Utama Kudus
2. Ns.Nor Faidah,S.Kep., selaku ketua
prodi PSIK
3. Ns.Sri Nyumirah,S.Kep., selaku Dosen mata pelajaran Keperawatan Jiwa I yang memberi tugas dan
telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Tidak
ada kata lain yang lebih indah kecuali mengucap terima kasih kepada beliau.
Beliau yang dengan sabar membimbing penulis.
Akhirnya
dengan lapang dada penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya memberi
pengarahan menuju perbaikan. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca,
paling tidak sebagai studi pembanding dengan makalah lain.
Kudus, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Halaman
Judul ....................................................................................................... i
Kata
Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar
Isi ............................................................................................................... iii
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB
II TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi.................................................................................................. 2
2.2 Penyebab .................................................................................. ........... 2
2.4
Tanda dan Gejala .................................................................................. 2
2.5
Akibat Isolasi Sosial ............................................................................. 3
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN
AMPUTASI
3.1
Pengkajian.............................................................................................. 4
3.2
Masalah Keperawatan ............................................................................ 6
3.3
Pohon Masalah ....................................................................................... 6
3.4
Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 6
3.5
Intervensi Keperawatan .............................................................. ........... 7
BAB
IV PENUTUP
4.1
Simpulan .................................................................................... ........... 12
4.2
Saran .......................................................................................... ........... 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Setiap
individu memiliki kemampuan menjalin hubungan sosial, mulai dari hubungan
intim biasa sampai hubungan saling ketergantungan . Hubungan sosial tersebut
diperlukan individu dalam rangka menghadapi dan mengatasi berbagai kebutuhan
hidup.Maka dari itu seorang manusia perlu membina hubungan interpersonal yang
memuaskan.
Kepuasan
hubungan akan tercapai bila individu terlibat aktif dalam melakukan interaksi
peran serta yang tinggi, disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan
rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang harmonis (Stuart
and Sundeen ,1995)
Pemutusan
hubungan akan terjadi apabila terdapat ketidakpuasan individu dalam menjalin
interaksi,juga adanya respon lingkungannya yang negatip.Kondisi ini akan
mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain dan
keinginan untuk menghindar dari orang lain .
1.2
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan
Umum
Setelah dilaksanakan diskusi dan seminar diharapkan mahasiswa
dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa Isolasi Sosial.
2.
Tujuan
Khusus
Setelah
dilaksanakan diskusi dan seminar asuhan keperawatan jiwa Isolasi Sosial mahasiswa
dapat mengerti :
1) Mengetahui
pengertian Isolasi Sosial
2) Mengerti
konsep gangguan Isolasi Sosial
3) Dapat
melakukan pengkajian serta pembuatan asuhan keperawatan dengan gangguan Isolasi
Sosial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
Isolasi
social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam. (Twondsend,1998)
Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. (Pawlin,1993 dikutip Budi Keliat,2001)
2.2
Penyebab
Terjadinya
gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya perkembangan dan
social budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak
mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbilkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdian
diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari hari terabaikan. (Kusumawati, 2011)
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. ( Keliat,1999)
Gejala
Klinis :
1. Perasaan
malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi).
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri
sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri).
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan).
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
2.3
Tanda
dan Gejala
Menurut
(Kusumawati,
2011) adalah :
1. Menyendiri
dalam ruangan
2. Tidak
berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3. Sedih,
efek dasar
4. Perhatian
dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan usianya
5. Berpikir
menurut pemikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak bermakna
6. Mengekpresikan
penolakan atau kesepian pada orang lain
7. Tidak
ada asosiasi antara ide satu dengan yang lainnya
8. Menggunakan
kata kata simbolik
9. Menggunakan
kat yang tidak berarti
10. Kotak
mata kurang atau tidak mau menatap lawan bicaranya
11. Klien
cenderung menarik diri dari lingkungan bergaul, suka melamun, berdian diri.
2.4 Akibat
Isolasi Sosial
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi
adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal. (Keliat,1999)
Gejala
Klinis :
1.
Bicara,
senyum dan tertawa sendiri.
2.
Menarik
diri dan menghindar dari orang lain.
3.
Tidak dapat
membedakan tidak nyata dan nyata.
4.
Tidak dapat
memusatkan perhatian.
5.
Curiga,
bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
6.
Ekspresi
muka tegang, mudah tersinggung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ISOLASI DIRI
3.1
Pengkajian
1. Identitas
Sering ditemukan
pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas
2. Keluhan
utama
Keluhan utama
yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat adanya kemunduran
kemauan dan kedangkalan emosi.
3. Faktor
Predisposisi
Faktor
predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan,endokrin,metabolism,susunan saraf pusat dan kelemahan.
4. Psikososial
a) Geogram
Orang tua
penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16% skizofrenia, bila
keduanya menderita 40-68%, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8%, saudara kembar
2-15% dan saudara kandung 7-15%.
b) Konsep
diri
Kemunduran
kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan mempengaruhi konsep
diri pasien.
c) Hubungan
Sosial
Klien cenderung
menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan berdiam diri.
d) Spiritual
Aktivitas
spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
5. Status
mental
a) Penampilan
diri
Pasien tampak
lesu, tak bergairah,rambut acak-acakan,kancing baju tidak tepat,resleting tak
terkunci,baju tak diganti,baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan
pasien.
b) Pembicaraan
Nada suara
rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas
Motorik
Kegiatan yang
dilakukan tidak bervariatif,kecenderungan mempertahankan pada satu posisi yang
dibuatnya sendiri.
d) Emosi
Emosi dangkal.
e) Efek
Dangkal tak ada
ekpresi roman muka.
f) Interaksi
selama wawancara
Cenderung tidak
kooperatif,kontak mata kurang,tidak mau menatap lawan bicara,diam.
g) Presepsi
Tidak terdapat
halusinasi atau waham.
h) Proses
berfikir
Gangguan proses
berpikir jarang ditemukan.
i) Kesadaran
Kesadaran
berubah, kemampuan mengadakan hubungan serta pembatasan dengan dunia luar dan
dirinya sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan
(secara kualitatif).
j) Memori
Tidak ditemukan
gangguan spesifik,orientasi tempat,waktu dan orang.
k) Kemampuan
menilai
Tidak dapat
mengambil keputusan,tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan,selalu memberikan
alas an tidak jelas atau tidak tepat.
l) Tilik
Diri
Tidak ada yang
khas
6. Kebutuhan
Sehari hari
Pada permulaan, penderita
kurang memperhatikan diri dan keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat
kemunduran kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun
dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan istirahat tidur.
(Kusumawati, 2011)
3.2
Masalah
Keperawatan
1. Isolasi Sosial
: menarik diri
2. Resiko
perubahan persepsi - sensori :
halusinasi
3. Gangguan
konsep diri : harga diri rendah
4. Kerusakan komunikasi verbal : ketidakmampuan untuk percaya kepada orang
lain
5. Kurang
perawatan diri : menarik diri, regresi
3.3
Pohon
Masalah
Resiko tinggi mencederai diri/ orang lain
Resiko
Perubahan Sensori Presepsi : Halusinasi
|
Isolasi
Sosial
|
Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah
|
Menurunnya
motivasi perawatan diri
|
Defisit
perawatan diri
|
3.4
Diagnosa
Keperawatan
1. Isolasi
sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk percaya kepada orang
lain, panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, menarik diri.
3. Sindrom kurang
perawatan diri b.d menarik diri, regresi
3.5
Intervensi
Keperawatan
1. Isolasi
social b.d. kurangnya rasa percaya kepada orang lain,panic,regresi ketahap
perkembangan sebelumnya,sukar berinteraksi
dengan orang lain pada masa lampau.
Dibuktikan
oleh hal-hal berikut :
1.
Menyendiri
dalam ruangan,sedih efek datar
2.
Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melalakukan
kontak mata
3.
Sedih, afek datar
4.
Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan
perkembangan usianya
5.
Berfikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang
dan tidak bermakna
6.
Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
Tujuan
jangka pendek :
Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh
seorang perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.
Tujuan
jangka panjang :
Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien
lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1. Pasien dapat mendemontrasikan
keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
2. Pasien dapat mengikuti aktifitas
kelompok tanpa disuruh.
3. Pasien melakukan pendekatan
interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Intervensi
Keperawatan :
1. Perlihatkan sikap menerima dengan
cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.
Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan
harga diri pasien dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
2. Perlihatkan penguatan positif pada
pasien.
Rasional
: Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
3. Temani pasien untuk memperlihatkan
dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan
atau sukar bagi pasien.
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan
memberikan rasa aman bagi pasien.
4. Jujur dan menepati semua janji.
Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan
suatu hubungan saling percaya.
5. Orientasikan pasien pada orang,
waktu, tempat sesuai kebutuhannya.
6. Berhati-hatilah dengan sentuhan.
Rasional : Pasien yang curiga dapat menerima sentuhan
sebagai suatu yang mengancam..
7. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda
peningkatan anxietas dan teknik untuk memutus respon (latihan relaksasi,
berhenti berfikir).
Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan
selama terjadi peningkatan anxietas.
8. Berikan pengakuan dan penghargaan
tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan
mendorong pengulangan perilaku tersebut.
9. Berikan obat-obat penenang sesuai
program pengobatan pasien.
Rasional : Obat-obat anti psikosis menolong untuk menurunkan
gejala psikosis pada seseorang sehingga memudahkan interaksi dengan orang lain.
2. Kerusakan komunikasi verbal b.d ketidakmampuan untuk percaya kepada orang
lain, panik, regresi ke tahap perkembangan sebelumnya, menarik diri.
Dibuktikan
oleh hal-hal berikut ini :
1.
Tidak ada asosiasi antara ide
satu dengan lainnya
2.
Menggunakan kata-kata simbolik
(neologisme)
3.
Menggunakan kata yang tidak
berarti
4.
Kontak mata kurang/tidak mau
menatap lawan bicara
Tujuan
jangka pendek :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1
topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5
menit dengan perawat selama 1 minggu.
Tujuan
jangka panjang :
Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan
komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan
sosial dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Kriteria
hasil yang diharapkan :
1. Pasien dapat berkomunikasi dengan
cara yang dapat dimengerti dan diterima orang lain.
2.
Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
3.
Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan
kelainan komunikasi verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.
Intervensi Keperawatan
:
1. Gunakan teknik validasi dan
klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien.
Rasional
: Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh orang lain,
sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.
2. Pertahankan konsistensi perawat yang
bertugas
Rasional
: Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan dan komunikasi
pasien.
3. Jelaskan kepada pasien dengan cara
yang tidak mengancam bagamana perilaku dan pembicaraannya diterima dan mungkin
juga dihindari oleh orang lain.
Rasional : Tehnik ini
untuk meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien, serta pasien dengan
lingkungannya.
4. Jika pasien tidak mampu atau tidak
ingin bicara (autisme), gunakan teknik mengatakan secara tidak langsung.
Rasional
: Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya dan mendorong
pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
5. Antisipasi dan penuhi kebutuhan
pasien sampai pola komunikasi yang memuaskan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan
prioritas keperawatan.
3. Sindrom kurang perawatan
diri b.d menarik diri, regresi
Dibuktikan oleh hal-hal berikut ini :
1.
Kesukaran mengambil makanan atau ketidakmampuan membawa
makanan dari wadah ke mulut
2.
Ketidak mampuan membersihkan tubuh atau bagian bagian
tubuh
3. Kurangnya minat dalam memilih pakaian, kelainan kemampuan
dalam berpakaian, dan mempertahankan penampilan yang memuaskan
4.
Tidak adanya kemauan untuk melakukan defekasi atau
berkemih tanpa bantuan
Tujuan jangka pendek :
Pasien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang :
Pasien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara
mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.
Kriteria hasil yang diharapkan :
1. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
2. Pasien memilih pakaian yang sesuai,
berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
3. Pasien mempertahankan kebersihan
diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi
dan berkemih tanpa bantuan.
Intervensi keperawatan :
1. Dukung pasien untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien.
Rasional : Keberhasilan menampilkan kemandirian dalam
melakukan aktifitas akan meningkatkan harga diri.
2. Dukung kemandirian pasien, tapi
berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan
prioritas dalam keperawatan.
3. Berikan pengakuan dan penghargaan
positif untuk kemampuannya mandiri.
Rasional : Penguatan positif akan meningkatkan harga diri
dan mendukung pengulangan perilaku yang diharapkan.
4. Perlihatkan secara konkret,
bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya.
5. Rasional : Penjelasan harus sesuai
dengan tingkat pengertian yang nyata.
6. Buat catatan secara terinci tentang
makanan dan cairan.
Rasional : Informasi yang penting untuk mendapatkan gambaran
nutrisi yang adekuat.
7. Berikan makanan kudapan dan cairan
diantara waktu makan.
Rasional : Pasien mungkin tidak mampu mentoleransi makanan
dalam jumlah besar pada saat makan dan membutuhkan penambahan diluar waktu
makan.
8. Jika pasien tidak makan karena
curiga dan takut diracuni, berikan makanan kaleng dan biarkan pasien sendiri
yang membukanya, atau disajikan dalam kekeluargaan.
Rasional : Pasien dapat melihat setiap orang makan dari
hidangan yang sama.
9. Tetapkan jadwal defekasi dan
berkemih, bantu pasien ke kamar mandi sesuai jadwal, sampai pasien mampu
melakukan tanpa bantuan orang lain.Dukung kemandirian pasien, tapi berikan
(Kusumawati,)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Isolasi
social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negative dan mengancam. Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi
adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan eksternal.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis memberikan
saran, bahwa kita sebagai calon perawat profesional harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada
pasien, tertama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat,Budi Anna.1999.Asuhan Klien Gangguan Hubungan
Sosial: Menarik Diri.Jakarta:FIK UI.
Kusumawati,Farida dan Yudi
Hartono.2011.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment